Om Swastiastu Semeton, Masyarakat di Bali mungkin sudah sangat familiar dengan Tarian Rejang Renteng. Gerakan yang sederhana tapi syarat dengan makna, yang umumnya dibawakan oleh para ibu-ibu.
![]() |
| Ibu-Ibu Sedang Latihan Rejang Renteng |
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Rejang Renteng, Tarian Sakral Asal Bali yang Dibawakan Para Ibu Rumah Tangga", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2019/06/25/06000021/mengenal-rejang-renteng-tarian-sakral-asal-bali-yang-dibawakan-para-ibu?page=all.
Editor : Rachmawati
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Para ibu penari rejang renteng wajib mengenakan kebaya berwarna putih tanpa motif atau polos dan lengan panjang. Penari tidak disarankan menggunakan kebaya dengan lengan pendek saat persembahyangan.
Kebaya juga harus dilengkapi selendang berwarna kuning sebagai simbol dari kebaikan dan kejahatan serta emosi yang diikat dalam simpulan selendang. Kostum tari juga menggunakan kain cepuk tenunan atau kamen berwarna kuning.
Sejarah
Tarian sakral ini dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali pada tahun 1999. Tarian Rejang Renteng ini terinspirasi dari Tarian Renteng yang berasal dari Banjar Adat Saren, Desa Pekraman Mujaning Tembeling, Desa Dinas Batu Madeg, Dusun Saren Satu, Nusa Gede.
Makna & Pilosofi
Tari Rejang Renteng memberikan makna kepada semua orang yang ada di bumi ini untuk melepas ego pribadi. Setiap orang harus mencapai bagian terbaik dan harus menyamakan ritme dengan orang lain di lingkungannya, tanpa ada rasa iri dan dengki, tanpa saling mendahului (tanpa persaingan), sehingga menjadi pribadi penuh kasih dan siap saling membantu menuju jalan yang diberkati Tuhan. Tari Renteng memiliki makna renta atau tua yang merupakan tarian sakral yang ditarikan pada saat wali atau piodalan di Pura Dalem Ped, setiap piodalan harus ngayah, kalau di pura yang lainnya harus dipendak. Tarian ini ditarikan oleh para pemangku dan para wanita yang sudah menikah.
Gerakan tarian yang ada di dalam Renteng tersebut ada pada pengawak saja dan itupun gerakannya dilakukan berulang-ulang membentuk pola lantai lurus ke belakang dengan jumlah ganjil, berputar membentuk lingkaran dengan gerakan yang sederhana yang diulang-ulang sampai terakhir menuju ke luar pura.
Tarian ini biasanya ditarikan menjelang upacara Melasti seperti yang dilakukan di Desa Adat Kedonganan.
Busana / Seragam
- Sasakan polos, mengandung filosofi pikiran yang polos tulus iklas berbakti kepada Tuhan
- Sanggul (Pusung Tagel), sebagai tanda bahwa penarinya sudah menikah.
- Bunga jepun, adalah bunga indah dengan bau harum dan sarinya yang tersembunyi, ini mengandung filosofi keindahan dan keharuman serta tidak pamer.
- Subeng, sebagai hiasan telinga mengandung fllosofi mendengarkan ucapan atau suara yang indah dan suci, serta tidak terpengaruh oleh kata-kata yang kotor, sehingga mengganggu rasa kesucian saat menari sebagai persembahan kehadapan Tuhan Yang Maha Suci.
- Baju Putih, mengandung filosofl bahwa badan manusia itu sakral perlu dijaga dengan hal-hal yang indah dan suci.
- Selendang kuning polos, Mengandung filosofi bahwa perut sebagai wadah tumbuh kembangnya kebaikan dan kejahatan serta emosi, sehingga perlu diikat, yang disimbolkan dengan simpulan selendang.
- Kain cepuk tenunan warna kuning, Mengandung filosofi bahwa seni memiliki kekuatan sebagai penangkal bahaya (penolak bala)
Sekian Makna dan Sejarah tarian sakral Rejang Renteng, semoga dapat menambah wawasan kita dalam bermasyarakat di Bali
Referensi Artikel :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Rejang_Renteng
- https://regional.kompas.com/read/2019/06/25/06000021/mengenal-rejang-renteng-tarian-sakral-asal-bali-yang-dibawakan-para-ibu?page=all


0 Response to "Makna dan Sejarah Rejang Renteng"
Posting Komentar